Rabu, 13 Oktober 2010

KONFLIK MENCEGAH BANJIR

Musim hujan sudah datang. Seperti biasanya, beberapa tempat di Indonesia sudah mengeluh tentang banjir. Sebut saja mulai daerah Palopo, Padang, Bandung, Semarang, sampai DKI Jakarta sebagai ibu kota Indonesia sendiri.
Banjir merupakan agenda tahunan yang tidak dapat dilewatkan dalam pembahasan rapat-rapat dalam tiap strategi pembangunan di Indonesia ke depan. Perang melawan banjir merupakan tema sentral dalam pembahasan ramai saat ini. Banjir dianggap sebagai musuh nyata bagi mereka yang tinggal di kota besar.
Tampaknya kita sudah bosan mendengar upaya mengantisipasi banjir sebagai musuh nyata manusia di Indonesia ini. Sebab, selalu saja upaya itu diakhiri dengan kekalahan dan kerugian pada manusia.

Sebut saja, pemerintah terdahulu yang membersihkan daerah aliran sungai di Jakarta. Begitu juga pembenahan daerah serapan di Bandung, Puncak, dan Cianjur. Ini dilanjutkan dengan pengerukan atas pendangkalan yang terjadi di tiap-tiap sungai di Jakarta sampai pada pembendungan ruas-ruas sungai. Dengan logika mudahnya, aliran sungai harus diperlebar dan jalan sungai tidak boleh terganggu.
Kemungkinan munculnya benturan sosial itu berangkat dari perasaan terasing dan tersisihkan kelompok masyarakat tertentu akibat banjir. Adanya perlakuan yang tidak seimbang, tidak adil, dan tidak sesuai oleh pemerintah dalam penanganan banjir itu dapat memicu konflik.
Pada kenyataannya, ketika terjadi banjir, yang muncul adalah rasa kesedihan, terlempar, dan tersisihkan dari masyarakat yang normal. Banjir adalah sebuah bencana dan harus dihadapi sendiri oleh korban. Tidak ada yang bakal menolong walau pemerintah sekalipun. Banjir bagi banyak orang, seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM), partai politik (parpol), kandidat pilkada, dan para calon anggota legislatif (caleg) adalah keriaan yang dapat ditunggangi dengan popularitas guna memuluskan jalan mereka dalam ajang pemilu mendatang.
Apalagi ditambah dengan sikap pemerintah daerah (pemda) yang selalu lamban dan terlambat dalam bertindak. Perhatikan posko-posko bencana yang selalu ada di tempat yang sulit dicapai para korban. Posko juga hanya membuat kesenjangan di antara para korban dan menimbulkan perasaan pilih kasih bagi mereka. Apalagi, posko-posko dadakan yang dibuat bukan dari swadaya masyarakat karena mereka bekerja atas kepentingan diri, bukan untuk membantu korban.Pada akhirnya, para korban banjir akan makin terpuruk dan tertindas.

Faktor penyebab banjir :
1.   Perubahan lingkungan Tidak bisa kita pungkiri, dengan semakin meningkatnya populasi manusia telah menyebabkan semakin terdesaknya kondisi lingkungan. Saat ini yang paling hangat dibicarakan akibat dari perubahan lingkungan adalah terjadinya pemanasan global, selain itu kita juga telah merubah penggunaan lahan ~yang juga perubahan lingkungan~ yang berakibat pada berkurangnya tutupan lahan. Semakin lama jumlah vegetasi semakin berkurang, khususnya di daerah perkotaan.

2.   Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi. Akibat pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan pada pola iklim yg akhirnya merubah pola curah hujan, makanya jngan heran kalau sewaktu-waktu hujan bisa sangat tinggi intensitasnya dan kadang sangat rendah.
3.    Perubahan cuaca dan iklim yang tidak dapat diprediksi .
4.    Susahnya memprediksi turunya hujan.

Solusi untuk mengatasi konflik banjir ini ialah pemerintah harus selalu siaga dalam mengahadapi bencana banjir ini. Kita semua sangat sadar dan mengetahui bahwa dalam setiap peristiwa bencana alam, seperti musibah banjir di Jakarta dan tempat-tempat lain, juga peristiwa konflik, yang selalu menderita adalah kaum ibu dan anak-anak. Ini semua karena Indonesia sebagai negara berkembang yang baru saja mengalami transformasi demografi masih mempunyai struktur penduduk yang berat pada usia muda dan kaum perempuan yang relatip rentan. Artinya, bagian terbesar jumlah dan proporsi penduduk adalah penduduk muda. Dengan jumlah penduduk antara 210 sampai 212 juta jiwa, jumlah usia balita, anak-anak dan remaja sangat menonjol. Kalau terjadi musibah, atau goncangan bencana dan konflik, ibu dan anak-anak itu akan tidak berdaya, dan bisa menjadi penderita yang sangat mengenaskan. Karena itu, dalam peristiwa konflik, bencana banjir atau peristiwa lain semacam itu, anak-anak adalah bagian terbesar penderitanya. 

Dalam bencana seperti itu, ibu dan anak-anak kehilangan kesempatan perawatan kesehatan dengan baik. Bagaimana pun sebaiknya pelayanan kesehatan yang dapat diselenggarakan di tempat-tempat pengungsian, pemeliharaan kesehatan yang paling memadai adalah kalau pemeliharaan kesehatan dan gizi itu mendapat dukungan lingkungan keluarga yang teratur. Hanya dengan makanan yang mengandung gizi dengan konsumsi yang teratur akan mampu memberi pemeliharaan dan pertumbuhan kehidupan yang lebih baik lagi .

solusi mengatasi banjir  :
*  1.selalu memeriksa dan memelihara saluran air / selokan
*  2. jangan buang sampah ke saluran air/ sungai
*  3.melakukan penanaman pohon
*  4.melarang pembangunan gedung-gedung di daerah resapan air
*  5.Mengeruk sungai/kali dan saluran air yang ada di sekitar kita, sebaiknya jangan nunggu pemerintah yang melakukan, percuma kalau ditunggu terlalu lama .
*   6.Selalu waspada di saat hujan turun

Mungkin kita juga tidak boleh menyalahkan pemerintah sepenuhnya seharusnya kita juga introspeksi diri mengapa banjir bisa terjadi di setiap tahunnya. Kesalahan bisa juga terjadi karena manusia di Indonesia sendiri yang tidak disiplin dengan peraturan yang ada, ditambah banyaknya pendatang dari luar kota yang mendirikan rumah di pinggiran sungai dan mereka membuang sampah hingga mandi ataupun buang air besar di sungai tersebut . hal itu juga menjadi salah satu faktor penyebab banjir mungkin cara yang paling tepat ialah memulai segalanya dari diri sendiri dan introspeksi diri apakah kita sudah disiplin dengan aturan yang di tetapkan pemerintah dan tidak selalu menyalahkan pemerintah. Dengan terjadinya banjir juga pertanda bahwa alam mulai tidak bersahabat dengan kita karena dengan perlahan kita merusak alam secara tidak langsung oleh karena itu jaga dan lestarikanlah alam di bumi pertiwi Indonesia ini agar tidak rusak dan punah begitu saja.









2 komentar:

  1. Thumb Up!
    Keep spirit, jangan lupa kalau ada referensi dapat di tambahkan dalam tulisanmu, terutama, tulisan untuk tugas!

    Selamat berkarya dan menegmbangkan kemampuanmu.

    yoyoh

    BalasHapus